Dilihat dari
karakteristik wilayahnya, kawasan perdesaan masih lebih bersifat
alamiah, belum banyak tersentuh oleh teknologi modern dan perkembangan
pembangunan. Selain sebagai lahan permukiman penduduk, sebagian wilayah
desa terdiri atas lahan pertanian, perkebunan, atau tertutup oleh hutan
alami, baik itu wilayah desa yang terletak di wilayah pantai, dataran
rendah, maupun dataran tinggi. Adapun kota sebagian besar wilayahnya ter
tutup oleh kawasan permukiman penduduk, gedung-gedung perkantoran,
fasilitas sosial, kawasan industri, dan kawasan lainnya.
Kehidupan
masyarakat perdesaan dicirikan oleh kegiatan yang pada umumnya bercorak
agraris. Aktivitas kesehariannya masih didominasi oleh pengaruh
lingkungan alam. Dengan kata lain, pengaruh lingkungan atau kondisi alam
setempat masih sangat kuat mewarnai tatanan dan pola hidup penduduk
desa.
Hubungan
antarwarga masyarakat desa sangat erat, saling mengenal, dan gotong
royong. Penderitaan seseorang di perdesaan pada umumnya menjadi derita
semua pihak. Menurut para ahli sosiologi, hubungan masyarakat semacam
ini dikenal dengan istilah gemeinschaft (paguyuban).
Menurut Direktorat Jenderal Pembangunan Desa (DITJEN BANGDES), ciri-ciri desa antara lain sebagai berikut.
a.
Perbandingan manusia dengan lahan (man and land ratio) cukup besar,
artinya lahan-lahan di perdesaan masih relatif luas dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang menempatinya sehingga kepadatan penduduknya masih
rendah dan lapangan pekerjaan penduduk masih bertumpu pada sektor
agraris.
b. Hubungan
antarwarga masyarakat desa masih sangat akrab dan sifat-sifat
masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku.
c. Sarana
dan prasarana komunikasi dan perhubungan sebagian besar masih sangat
sederhana, seperti berupa jalan batu, jalan aspal sederhana, tidak
beraspal, bahkan jalan setapak. Sarana perhubungan atau transportasi
yang umum dijumpai antara lain angkutan perdesaan, ojeg, alat
transportasi perairan, seperti perahu sederhana atau rakit, bahkan di
beberapa tempat masih ada yang menggunakan kuda dan sapi.
Secara khusus, beberapa karakteristik sosial masyarakat desa menurut Soerjono Soekanto (1982) antara lain sebagai berikut.
a. Warga
masyarakat perdesaan memiliki hubungan kekerabatan yang kuat karena
umumnya berasal dari satu keturunan. Oleh karena itu, biasanya dalam
satu wilayah perdesaan, antara sesama warga masyarakatnya masih memiliki
hubungan keluarga atau saudara.
b. Corak
kehidupan nya bersifat gemeinschaft, yaitu diikat oleh sistem
kekeluargaan yang kuat. Selain itu, penduduk desa merupakan masyarakat
yang bersifat face to face group artinya antar sesama warga saling
mengenal.
c. Sebagian besar penduduk bekerja pada sektor agraris (pertanian, perkebunan, peternakan, maupun perikanan).
d. Cara bertani masih relatif sederhana atau tradisional sehingga
sebagian besar hasilnya masih diperuntukkan bagi kebutuhan hidup sehari-hari (subsistence farming).
e. Sifat gotong royong masih cukup tampak dalam kehidupan sehari-hari penduduk desa.
f. Golongan
tetua kampung atau ketua adat masih memegang peranan penting dan
memiliki kharisma besar di masyarakat sehingga dalam musyawarah atau
proses pengambilan keputusan, orang-orang tersebut sering kali dimintai
saran atau petuah.
g. Pada umumnya sebagian masyarakat masih memegang norma-norma agama yang cukup kuat. Seiring
dengan perjalanan waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan serta
teknologi, tentu saja saat ini banyak desa yang telah mengalami
perubahan. Komunikasi dengan wilayah kota pun mulai tampak terjalin, dan
penduduk desa makin menyadari bahwa komunikasi dengan perkotaan itu
sangat penting.
Masyarakat
desa membutuhkan suplai dari kota dan kota pun sesungguhnya membutuhkan
suplai dari desa. Hubungan antara desa dan kota diwujudkan dalam
beberapa bentuk kegiatan tukar-menukar perdagangan setiap komoditas.
Demikianlah Materi Karakteristik Wilayah Pedesaan, semoga bermanfaat.
0 comments:
Post a Comment