Wednesday 1 March 2017

Penentuan Skala Citra Udara dan Jenis Foto Penginderaan Jauh

1. Penentuan Skala Citra Udara

Jumlah gambaran yang dapat disajikan pada suatu foto udara salah satu faktornya bergantung pada skala foto. Skala dapat dinyatakan sebagai padanan jarak, pecahan representatif, atau perbandingan. Sebagai contoh, jika jarak citra udara 1 mm mewakili 50 meter di lapangan, skala citra udara dapat ditulis 1 mm = 50 m (padanan unit) atau 1/50.000 (pecahan representatif) atau 1:50.000 (perbandingan).

Sama halnya dengan skala pada peta, penyebutan skala pada foto juga dikenal adanya skala besar dan skala kecil. Foto yang berskala besar adalah foto yang memiliki skala 1:10.000 Karena foto ini menunjukkan ketampakan medan yang ukurannya lebih besar dan relatif dapat diperinci. Bandingkan dengan foto udara berskala 1:50.000 menampilkan isi seluruh kota akan menunjukkan ketampakan yang ukurannya lebih kecil dan kurang rinci.

Skala Citra Udara
Cara yang paling mudah untuk menentukan apakah sebuah foto udara termasuk ke dalam skala besar atau skala kecil adalah Anda harus mengingat bahwa objek yang sama tampak lebih kecil pada foto udara yang skalanya lebih kecil dibandingkan foto yang skalanya lebih besar.

Metode yang cepat untuk menentukan skala foto adalah mengukur jarak di foto dan di lapangan antara dua titik yang dikenal. Syaratnya dua titik tersebut harus dapat diidentifikasi di dalam foto dan pada peta. Skala (S) dihitung sebagai perbandingan jarak di citra (d) dan jarak di lapangan (D).
S=d/D

Skala adalah fungsi dari panjang fokus kamera (f) yang digunakan untuk mendapatkan foto dan tinggi terbang di atas objek (H’). Skala citra udara dapat dihitung melalui rumus sebagai berikut.
S=f / H

Contoh:
Perekaman suatu objek dilakukan dengan menggunakan kamera yang memiliki panjang fokus 30 mm (f). Tinggi terbang pesawat 3.000 meter di atas permukaan laut (H) dan ketinggian objek 300 meter di atas permukaan laut (h). Berapakah skala citra udara tersebut?

Jawab:

S = f/H-h

S = 30 / 3000-300
S = 30 mm / 2700 m
S = 3 cm / 270.000 cm
S = 1 : 90.000
Jadi, skala citra udara tersebut adalah 1:90.000.

Perhitungan skala dilakukan dengan membandingkan panjang fokus dengan ketinggian terbang, tetapi jika pada citra udara tidak dicantumkan ketinggian terbang, perhitungan skala dapat ditentukan dengan membandingkan jarak pada citra udara dengan jarak datar di lapangan.

Perhitungannya dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

S = jf / jl
Keterangan:
S = skala citra udara
jf = jarak di citra
jl = jarak datar di lapangan

2. Jenis Foto

Foto dapat dibedakan atas citra foto (photographyc image) atau citra udara dan citra nonfoto (nonphotograpyc image).

a. Citra Foto

Citra foto adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar pertimbangan, yaitu sebagai berikut.

1) Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas menjadi lima jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikro meter. Cirinya tidak banyak informasi yang dapat diperoleh, tetapi untuk beberapa objek dari citra ini mudah pengenalannya karena daya kontrasnya yang besar. Foto ini sangat baik untuk mendeteksi beberapa fenomena, seperti tumpahan minyak di air laut, membedakan atap logam yang tidak dicat, dan jaringan jalan aspal.

b) Foto ortokromatik, yaitu foto yang dibuat meng gunakan spektrum tampak, mulai warna biru hingga sebagian hijau (0,4–0,56 mikrometer).
Objek akan tampak lebih jelas sehingga citra ini berguna untuk studi pantai mengingat filmnya peka terhadap objek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter.

c) Foto pankromatik, yaitu foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai warna merah hingga ungu. Daya peka film hampir sama dengan kepekaan mata manusia. Foto ini sesuai untuk mendeteksi fenomena pencemaran air, banjir, dan penyebaran potensi air tanah.

d) Foto inframerah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah dekat (0,9–1,2 mikrometer) yang dibuat secara khusus. Karak teristik citra ini adalah dapat mencapai bagian dalam daun sehingga rona pada citra inframerah tidak ditentukan warna daun tetapi oleh sifat jaringannya. Foto ini sesuai untuk mendeteksi ber bagai jenis tanaman dengan segala macam kondisinya.

e) Foto inframerah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan infra merah dekat dan sebagian spektrum tampak pada warna merah dan sebagian warna hijau.

Dalam foto ini, objek tidak segelap dengan menggunakan film inframerah sebenarnya sehingga dapat dibedakan dengan air. Foto ini cocok untuk survei vegetasi karena daun hijau tergambar dengan kontras.

2) Sumbu Kamera
Sumbu kamera dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, yaitu sebagai berikut.

a) Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
b) Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini umumnya sebesar 100 atau lebih besar. Namun, jika sudut kemiringannya masih berkisar antara 1–40, foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai citra tegak.

Citra condong dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

(1) Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu jika cakra wala tidak tergambar pada citra.
(2) Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu jika pada foto tampak cakrawalanya.

3) Sudut Liputan Kamera
Berdasarkan sudut liputan kameranya, citra foto dibedakan atas empat jenis. Perhatikan Tabel berikut ini.
Jenis Kamera

Panjang Fokus
Sudut Liputan
Jenis Foto
Sudut kecil
(Narrow Angle)
Sudut normal
(Normal Angle)
Sudut Lebar
(Wide Angle)
Sudut sangat Lebar
(Super Wide Angle)
304,8
209,5
152,4
88,8
<60°
60–70°
75–100°
> 100°
Sudut kecil
Sudut normal/
sudut standar
Sudut lebar
Sudut sangat
lebar

Berdasarkan jenis kamera yang digunakannya, citra udara dapat di beda kan ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal.
Tiap daerah liputan foto hanya tergambar oleh satu lembar citra.
b) Foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama. Proses pembuatan nya dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut.

(1) Multi kamera atau beberapa kamera yang masing-masing diarah kan ke satu sasaran.
(2) Kamera multi lensa atau satu kamera dengan beberapa lensa.
(3) Kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna.

Foto jamak masih dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.

(1) Foto multispektral, yaitu beberapa citra untuk daerah yang sama dengan beberapa kamera, atau satu kamera dengan beberapa lensa, setiap lensa menggunakan saluran (band) yang berbeda, yaitu biru, hijau, merah, serta infra merah pantulan.
(2) Foto dengan kamera ganda, yaitu pemotretan di suatu daerah dengan menggunakan beberapa kamera dengan jenis film yang berbeda. Misalnya, pankromatik dan infra merah.

4) Warna yang Digunakan
Berdasarkan warna yang digunakannya, citra udara dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Foto berwarna semu (false colour) atau foto infra merah berwarna. Pada foto berwarna semu, warna objek tidak sama dengan warna citra.
Misalnya, vegetasi yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spektrum inframerah, tampak merah pada foto.
b) Foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna.

5) Sistem Wahana
Berdasarkan jenis wahana atau media yang digunakannya, citra udara dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Foto udara, yaitu foto yang dibuat dengan cara menggunakan media pesawat atau balon udara.
b) Foto satelit atau foto orbital, yaitu citra yang dibuat dengan meng gunakan media atau wahana satelit.

b. Citra Nonfoto

Citra nonfoto merupakan gambaran objek yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera. Citra nonfoto dibedakan atas spektrum elektromagnetik yang digunakan, sensor yang digunakan, dan berdasarkan wahana yang digunakan.

1) Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam proses penginderaan jauh, citra nonfoto dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum inframerah termal. Penginderaan pada spektrum ini didasarkan atas perbedaan suhu objek dan daya pancarnya pada suatu citra yang tercermin dari perbedaan rona atau warnanya.

b) Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spektrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistem aktif, yaitu dengan sumber di luar tenaga matahari (buatan). Adapun citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistem pasif, yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah (matahari).

2) Sensor yang Digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakannya, citra nonfoto dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan sensor tunggal yang salurannya lebar.
b) Citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya sempit. Citra multispektral masih dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut.

(1) Citra RBV (Return Beam Vidicon), yaitu citra yang menggunakan sensor kamera dan hasilnya tidak dalam bentuk citra karena detektornya bukan film dan prosesnya noncitragrafik.
(2) Citra MSS (Multi Spektral Scanner), yaitu citra yang menggunakan sensornya dapat berupa spektrum tampak maupun spektrum inframerah termal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat udara.

3) Wahana yang Digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakannya, citra nonfoto dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

a) Citra Dirgantara (Airbone Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara (dirgantara). 
Contoh citra inframerah termal, citra radar, dan citra MSS. Citra dirgantara ini jarang digunakan.

b) Citra Satelit (Satellite Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi berdasarkan penggunaannya, yaitu sebagai berikut.

(1) Citra satelit untuk penginderaan planet. Misalnya, citra satelit Viking (Amerika Serikat) dan Citra Satelit Venera (Rusia).
(2) Citra Satelit untuk penginderaan cuaca. Misalnya, NOAA (Amerika Serikat), dan Citra Meteor (Rusia).
(3) Citra Satelit untuk penginderaan sumber daya bumi.
Misalnya, Citra Landsat (AS), Citra Soyuz (Rusia), dan Citra SPOT (Prancis).
(4) Citra Satelit untuk penginderaan laut. Misalnya, Citra Seasat (AS) dan Citra MOS (Jepang).

Demikianlah Penjelasan Penentuan Skala Citra Udara dan Jenis Foto Penginderaan Jauh, semoga bermanfaat.

0 comments:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Featured post

Penjelasan Komponen Peta

Setelah suatu kenampakan Bumi terproyeksi pada bidang datar, maka satu tahap pemetaan sudah dilaksanakan. Masih ada beberapa hal lagi yang...

Copyright © 2012. Ilmu Sekoah - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz