1. Judul Peta
Judul
menggambarkan isi sebuah peta. Apakah yang kamu dapat sesudah sekilas
membaca judul peta? Ya, setidaknya kamu akan memperoleh gambaran muatan
peta tersebut. Bahkan melalui judul pula, kamu bisa mendapatkan gambaran
wilayah manakah yang dipetakan. Demi tujuan tersebut, dalam pemilihan
judul pun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Judul harus mencerminkan informasi yang sesuai dengan isi peta.
b. Judul peta sebisa mungkin tidak menimbulkan penafsiran ganda.
2. Skala Peta
Kenampakan
di permukaan Bumi tidak mungkin digambarkan dengan ukuran sebenarnya di
peta. Jika hal itu dilakukan tentu saja memerlukan media yang luas. Nah,
di sinilah skala peta berperan. Kenampakan di Bumi dapat diperkecil
ukurannya dengan perbandingan ukuran agar dapat ditampilkan pada peta.
Perbandingan tersebut dinyatakan dalam skala.
Skala grafik
hendaknya dicantumkan pada peta, karena sangat berguna pada saat
melakukan pembesaran maupun pengecilan peta. Coba temukan peranan skala
grafis dalam hal tersebut. Nah, setelah kamu temukan peranan skala peta
tersebut kamu akan menyadari betapa pentingnya skala. Lalu, bagaimana
jika suatu peta tidak ada skalanya? Jika hal ini kamu temui, maka
cara-cara berikut dapat kamu lakukan.
a. Membandingkan dengan objek pada peta yang sudah pasti diketahui ukurannya di lapangan.
Cara ini
dilakukan dengan mengambil objek yang secara umum telah diketahui
ukurannya. Lapangan sepak bola misalnya yang mempunyai panjang 100
meter, atau dapat juga menggunakan objek-objek yang bisa kamu ukur di
lapangan dan tampak pada peta. Dengan menggunakan lapangan sepak bola,
jika suatu kenampakan digambarkan sepanjang 4 cm, maka peta mempunyai
skala 1 : 2.500.
b. Menggunakan bantuan peta topografi.
Pada peta
topografi pada umumnya ditampilkan garis kontur. Masih ingat apa itu
garis kontur? Garis kontur yaitu garis pada peta yang menghubungkan
titik-titik dengan ketinggian yang sama. Deretan garis ini tidak
diletakkan begitu saja, tetapi ada Contour interval (Ci) yang merupakan
selisih ketinggian dua garis kontur. Nilai Ci dapat ditemukan dengan
pedoman rumus berikut.
Ci =1/2.000 × penyebut skala
Nah, apabila suatu peta terdapat garis kontur tetapi tidak tercantum skala petanya, maka skala peta dapat dihitung.
Contoh:
Suatu peta wilayah x mempunyai Ci = 20 meter. Berapa skala peta tersebut?
Ci = 20
20 = 1/2.000× penyebut skala
Jadi, penyebut skala adalah 40.000. Nah, berarti peta tersebut mempunyai skala 1 : 40.000. Namun, ingat peta yang akan dihitung adalah peta asli, bukan hasil pembesaran maupun pengecilan.
c. Membandingkannya dengan peta lain dengan cakupan daerah sama dan ada skalanya.
Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
P2 = d1/d2 x P1
Keterangan:
P1 = penyebut skala peta yang diketahui skalanya.
P2 = penyebut skala yang akan dicari.
d1 = jarak di peta yang sudah diketahui skalanya.
d2 = jarak pada peta yang dicari skalanya.
d. Menghitung skala dari garis lintang.
Cara ini
baik digunakan untuk wilayah dekat ekuator (lintang rendah). Pedoman
yang digunakan yaitu panjang 1° lintang dekat ekuator = 68,7 mil =
110,56 km.
Contoh:
1,9 cm = 1° lintang
1,9 = 110,56 km
1,9 cm = 11.056.000 cm
1 cm = 5.889.474 cm
skala ± 1 : 5.900.000 (hasil pembulatan)
3. Petunjuk Arah (Orientasi)
Meskipun
terlihat sederhana, tanda ini penting pada peta. Gunanya tentu saja
untuk menunjukkan arah sehingga bermanfaat bagi penggunaan peta untuk
menentukan arah. Coba lihat peta atau atlas yang kamu punyai.
4. Simbol dan Warna
Menggunakan
simbol-simbol tersebut kamu dapat mengenali objek sosial seperti jalan
raya, rel kereta api, lahan pertanian, pelabuhan dan sebagainya. Jalan
raya dikenali dengan simbol garis. Tingkatan jalan bisa dibedakan dengan
penggunaan simbol garis yang berbeda. Tipe garis yang berbeda ini
pulalah yang membedakan jalan, jalan kereta api, dan sungai. Objek fisik
bisa juga dikenali dari peta, seperti gunung yang dikenali dengan
simbol segitiga dan bentang alam yang dikenali dari garis kontur.
Selain
dengan simbol, penggunaan warna untuk menonjolkan perbedaan objek lazim
digunakan. Tidak ada ketentuan baku penggunaan warna dalam peta.
Terkadang kebiasaan umum serta maksud dan tujuan peta sering menjadi
pedoman pewarnaan peta. Penggunaan warna juga bisa digunakan untuk
membedakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif digambarkan
dengan gradasi warna.
5. Legenda atau Keterangan
Apakah
artinya simbol tanpa keterangan, itulah gambaran betapa pentingnya
legenda dalam sebuah peta. Legenda peta berisi keterangan simbol yang
terdapat pada peta. Agar dapat memahami isi peta dengan baik, pembaca
peta harus benar-benar memahami legenda.
6. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta
Jika suatu
saat kamu membutuhkan peta yang benar-benar dapat dipercaya, carilah
peta dengan memerhatikan sumber dan tahun pembuatan. Mengapa harus
dengan kedua hal tersebut? Sumber pada peta menunjukkan data-data yang
digunakan dalam pemetaan, sehingga akan memberikan kepastian bahwa
informasi yang disajikan dalam peta benar-benar akurat. Sedangkan
informasi tahun memberikan petunjuk apakah data tersebut benar-benar up
date dan tidak kedaluwarsa.
7. Inset
Inset
digunakan untuk memperjelas posisi suatu wilayah yang ada di peta. Inset
terdiri atas dua jenis, yaitu inset lokasi dan inset pembesaran. Inset
lokasi memberikan gambaran global wilayah di sekitar daerah yang
dipetakan. Contoh peta Provinsi Riau memerlukan inset peta Sumatra atau
Indonesia. Sedangkan inset pembesaran digunakan untuk menggambarkan
wilayah yang kecil.
Berbagai
komponen peta ini harus ada di dalam peta dan diletakkan dengan tepat
agar keterbacaannya benar-benar terjamin serta unsur keindahan pun tidak
terabaikan. Untuk memenuhi keduanya, maka harus dibuat komposisi peta
yang tepat.
Demikianlah materi Penjelasan Komponen Peta, semoga bermanfaat.
0 comments:
Post a Comment