1. Pengertian Penginderaan Jauh
Pada awal
perkembangannya, penginderaan jauh hanya berfungsi sebagai teknik atau
cara untuk mendapatkan data dari permukaan bumi yang dilakukan tanpa
harus kontak dengan permukaan bumi. Dalam perkembangan selanjutnya,
penginderaan jauh sering diposisikan sebagai suatu ilmu.
Everett dan
Simonett memberikan batasan bahwa penginderaan jauh adalah suatu ilmu
karena di dalamnya terdapat suatu sistematika tertentu untuk dapat
menganalisis informasi dari permukaan bumi. Ilmu ini harus dapat
dipadukan dengan beberapa ilmu lain, seperti geologi, geo morfologi,
geodesi, meteorologi, tanah, dan perkotaan.
Lillesand
dan Kiefer (1994) mengemukakan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan
seni untuk mendapatkan informasi tentang suatu objek, daerah, atau
fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa
kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji.
Alat yang
dimaksud tidak berhubungan langsung dengan objek, yaitu alat yang pada
waktu perekaman objek tidak ada di permukaan bumi, tetapi berada di
angkasa maupun luar angkasa. Oleh karena itu, dalam proses perekaman
menggunakan wahana atau media pembantu seperti satelit, pesawat udara,
dan balon udara. Data hasil penginderaan jauh sering dinamakan citra.
Usia
pengetahuan mengenai penginderaan jauh sebenarnya masih relatif muda.
Namun, pemakaian penginderaan jauh cukup pesat. Pemakaian penginderaan
jauh itu antara lain untuk mendapatkan data atau informasi yang tepat,
singkat, dan akurat dari seluruh pelosok Indonesia. Data dari citra
sangat penting untuk pembangunan, seperti mendeteksi dan
menginventarisasi sumber daya alam, daerah banjir, kebakaran hutan,
sebaran permukiman, dan landuse.
a. Citra
Citra dapat
diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang
diamati sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai
contoh, memotret bunga di taman. Citra taman di halaman rumah yang
berhasil dibuat merupakan citra taman tersebut. Proses pembuatan citra
dengan cara memotret objek dapat dilakukan dengan arah horisontal maupun
vertikal dari udara (tampak atas).
Hasil citra
secara horisontal tampak sangat berbeda jika dibandingkan dengan hasil
pemotretan dari atas atau udara. Gambar yang dicitra dengan arah
horisontal menghasilkan citra tampak samping, sedangkan dengan arah
vertikal menghasilkan citra tampak atas baik tegak maupun miring
(obliq).
Menurut Hornby,
citra adalah gambaran yang terekam oleh kamera atau alat sensor lain.
Adapun menurut Simonet dkk, citra adalah gambar rekaman suatu objek
(biasanya berupa gambaran pada citra) yang diperoleh melalui cara optik,
elektro-optik, optikmekanik, atau elektromekanik.
b. Wahana
Wahana
diartikan sebagai kendaraan yang membawa alat pemantau. Wahana sering
pula dinamakan mediator. Berdasarkan ketinggian peredarannya, posisi
wahana dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai
berikut.
1) Pesawat
terbang rendah sampai medium (low to medium altitude aircraft)
ketinggian antara 1.000–9.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang
dihasilkannya adalah citra foto (foto udara).
2) Pesawat
terbang tinggi (high altitude aircraft) dengan ketinggian sekitar 18.000
meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkannya adalah citra udara
dan multispectral scanner data.
3) Satelit dengan ketinggian antara 400–900 km dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan adalah citra satelit.
2. Sistem Penginderaan Jauh
Penginderaan
jauh sering dinamakan sebagai suatu sistem karena melibatkan banyak
komponen. Gambaran objek permukaan bumi merupakan hasil interaksi antara
tenaga dan objek yang direkam. Tenaga yang dimaksud adalah radiasi
matahari, tetapi jika perekaman tersebut dilakukan pada malam hari
dibuat tenaga buatan yang dikenal sebagai tenaga pulsar. Penginderaan
jauh yang hanya menggunakan sumber tenaga matahari sering pula dinamakan
sistem penginderaan jauh pasif.
a. Sumber Tenaga untuk Penginderaan Jauh
Pengumpulan
data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan sensor buatan. Oleh karena itu, diperlukan tenaga peng
hubung yang membawa data objek ke sensor. Data tersebut di kumpulkan dan
direkam melalui tiga cara dengan variasi sebagai berikut.
1) Distribusi daya (force), contohnya Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik bumi.
2) Distribusi gelombang bunyi, contohnya Sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang suara dalam air.
3) Distribusi gelombang elektromagnetik, contohnya kamera untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pantulan sinar.
Penginderaan jauh yang menggunakan tenaga buatan disebut sistem penginderaan jauh aktif.
Hal ini didasarkan bahwa perekaman objek pada malam hari diperlukan
bantuan tenaga di luar matahari. Proses perekaman objek tersebut melalui
pancaran tenaga buatan yang disebut tenaga pulsar yang berkecepatan
tinggi karena pada saat pesawat bergerak tenaga pulsar yang dipantulkan
oleh objek direkam.
Oleh karena
tenaga pulsar memantul, pantulan yang tegak lurus memantulkan tenaga
yang banyak sehingga rona yang terbentuk akan berwarna gelap. Adapun
tenaga pantulan pulsa radar kecil, rona yang terbentuk akan cerah.
Sensor yang tegak lurus dengan objek membentuk objek gelap disebut near
range, sedangkan yang membentuk sudut jauh dari pusat perekaman disebut
far range.
Dalam
penginderaan jauh harus ada sumber tenaga yaitu matahari yang merupakan
sumber utama tenaga elektro magnetik alami. Penginderaan jauh dengan
memanfaatkan tenaga alamiah disebut penginderaan jauh sistem pasif.
Radiasi
matahari yang terpancar ke segala arah akan terurai menjadi berbagai
panjang gelombang ( ), mulai panjang gelombang dengan unit terkecil
(pikometer) sampai dengan unit terbesar (kilometer). Radiasi matahari
yang terpancar kemudian bersentuhan dengan objek di permukaan bumi,
kemudian dipantulkan ke sensor. Radiasi matahari juga dapat berupa
tenaga dari objek yang dipancarkan ke sensor.
Jumlah
tenaga matahari yang mencapai bumi (radiasi) di pengaruhi oleh waktu,
lokasi, dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari
lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlahnya pada pagi atau sore
hari, bahkan malam hari. Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi
berubah sesuai dengan perubahan musim dan peredaran semu tahunan
matahari.
b. Atmosfer
Atmosfer
bersifat selektif terhadap panjang gelombang sehingga hanya sebagian
kecil tenaga elektromagnetik yang dapat mencapai permukaan bumi dan
dimanfaatkan untuk penginderaan jauh. Bagian spektrum elektromagnetik
yang mampu melalui atmosfer dan dapat mencapai permukaan bumi disebut
jendela atmosfer. Jendela atmosfer yang paling dikenal orang dan
digunakan dalam penginderaan jauh hingga sekarang spektrum tampak yang
dibatasi oleh gelombang 0,4 m hingga 0,7 m.
Tenaga
elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak seluruhnya dapat mencapai
permukaan bumi secara utuh karena sebagian terhalang oleh atmosfer.
Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir-butir yang ada di atmosfer,
seperti debu, uap air, dan berbagai macam gas. Proses penghambatannya
dapat terjadi dalam bentuk serapan, pantulan, dan hamburan.
c. Alat Pengindera
Alat
pengindera disebut juga sensor. Sensor adalah alat yang diguna kan untuk
melacak, mendeteksi, dan merekam suatu objek dalam daerah jangkauan
tertentu. Setiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian
spektrum elektromagnetik.
Kemampuan sensor untuk merekam gambar terkecil disebut resolusi spasial.
Semakin kecil objek yang dapat direkam oleh suatu sensor, semakin baik
kualitas sensor tersebut dan semakin baik pula resolusi spasial dari
citra.
Jika memperhatikan proses perekamannya, sensor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Sensor Fotografi
Pada sensor
fotografi proses perekamannya berlangsung secara kimiawi. Tenaga
elektromagnetik diterima dan direkam pada emulsi film yang jika diproses
akan menghasilkan citra. Jika pemotretan dilakukan dari pesawat udara
atau wahana lainnya, citranya disebut foto udara. Jika pemotretannya
dilakukan melalui antariksa, citranya disebut citra orbital atau foto
satelit.
2) Sensor Elektrik
Sensor
elektrik menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik. Alat
penerima dan perekamannya berupa pita magnetik atau detektor lainnya.
Sinyal elektrik yang direkam pada pita magnetik, kemudian diproses
menjadi data visual maupun menjadi data digital yang siap diolah dengan
menggunakan komputer.
Proses perubahan data digital menjadi citra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
a) Memotret data yang direkam dengan pita magnetik yang diwujudkan secara visual pada layar monitor.
b) Menggunakan film perekam khusus, hasil akhirnya dinamakan citra penginderaan jauh.
d. Perolehan Data
Perolehan
data dapat dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan interpretasi
secara visual dan dapat pula dengan cara digital, yaitu dengan
menggunakan alat bantu komputer. Citra udara pada umumnya ditafsirkan
secara manual, sedangkan data hasil penginderaan jauh secara elektronik
dapat ditafsirkan secara manual maupun secara digital.
e. Pengguna Data
Pengguna
(user) merupakan komponen penting dalam penginderaan jauh karena
pengguna data ini dapat menentukan diterima atau tidaknya hasil
penginderaan jauh tersebut. Data yang dihasilkan dari sistem
penginderaan jauh merupakan data yang sangat penting bahkan mungkin
termasuk dalam kategori sangat rahasia untuk kepentingan orang banyak.
Di
negara-negara maju, data hasil penginderaan jauh dijadikan sebagai
rahasia negara sehingga tidak sembarang pengguna yang dapat mengakses
dan menggunakannya.
Demikianlah Pengertian dan Sistem Penginderaan Jauh, semoga bermanfaat.
0 comments:
Post a Comment