Coba
bayangkan jika Bumi yang berbentuk bola kemudian dibentangkan menjadi
bidang datar. Pasti di beberapa posisi terkesan melengkung, inilah yang
disebut distorsi atau kesalahan. Padahal di sisi lain peta bisa disebut
ideal jika bisa menggambarkan luas, bentuk, arah, dan jarak dengan
benar. Keempat persyaratan peta yang ideal sulit untuk dipenuhi. Upaya
yang bisa dilakukan dengan mengurangi risiko kesalahan sekecil mungkin
dengan memenuhi satu atau lebih persyaratan tersebut. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
1. Wilayah yang akan dipetakan dibagi menjadi bagian-bagian yang tidak begitu luas.
2.
Memilih bidang proyeksi yang sesuai dengan posisi wilayah yang
dipetakan, misalnya bidang datar, bidang kerucut, dan bidang silinder.
Nah, dalam memilih macam proyeksi, hal-hal yang dipertimbangkan, yaitu:
a. Bentuk, letak, dan luas daerah yang dipetakan.
b.
Ciri-ciri tertentu atau ciri-ciri asli yang akan dipertahankan, seperti
mempertahankan bentuk (conform), luas (equivalent), dan jarak
(equidistant). Oleh karena sulit untuk memenuhi ketiga syarat sekaligus,
maka dipilih syarat yang bisa terpenuhi dengan pemilihan proyeksi peta.
Karena itu pulalah terdapat beragam tipe proyeksi peta dengan kelebihan
dan kekurangan, sesuai dengan tujuan peta dan bagian muka Bumi yang
digunakan.
Beberapa istilah sederhana dalam proyeksi:1. Meridian dan meridian utama.2. Paralel dan paralel nol atau ekuator.3. Bujur (longitude-j), Bujur Barat (0°–180°BB) dan Bujur Timur (0°–180°BT).4. Lintang (latitude-l), Lintang Utara (0°–90°LU), dan Lintang Selatan 0°–90°LS).
Berdasarkan bidang proyeksi yang digunakan, proyeksi ini dibedakan menjadi:
a. Proyeksi Zenithal (Azimuthal)
Bidang
proyeksi ini berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub,
ekuator atau di sembarang tempat. Oleh karena itu, proyeksi ini
dibedakan menjadi:
1) Proyeksi azimuth normal, di mana bidang proyeksinya bersinggungan dengan kutub.
2) Proyeksi azimuth transversal, bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator.
3) Proyeksi azimuth oblique, bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat antara kutub dan ekuator.
Sebelum
menggunakan proyeksi ini kamu harus memahami benar cirinya, yaitu
garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub, garis
lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang mengelilingi kutub,
sudut yang dibentuk antara garis bujur sama besarnya pada peta, dan
seluruh permukaan Bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan
berbentuk lingkaran.
Nah,
kamu dapat melihat hasil penggunaan proyeksi ini pada gambar disamping.
Gambar tersebut merupakan proyeksi azimuth normal yang dianggap sebagai
proyeksi yang cocok untuk memetakan daerah kutub. Penggambaran kutub
dengan proyeksi ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1) Proyeksi Gnomonik
Pada
proyeksi ini, titik pusat seolah berada di pusat lingkaran (digambarkan
seperti sinar matahari yang bersumber di pusat lingkaran). Menggunakan
proyeksi ini lingkaran paralel makin keluar makin mengalami pembesaran
hingga wilayah ekuator.
2) Proyeksi Azimuthal Stereografik
Pada
proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar berasal dari arah kutub
berlawanan dengan titik singgung proyeksi. Akibatnya jarak
antarlingkaran paralel semakin membesar ke arah luar.
3) Proyeksi Azimuthal Orthografik
Pada
proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar matahari berasal dari titik
jauh tidak terhingga. Akibatnya sinar proyeksi sejajar dengan sumbu
Bumi. Jarak antarlingkaran akan makin mengecil apabila semakin jauh dari
pusat.
b. Proyeksi Silinder (Cylindrical)
Proyeksi
ini menggunakan silinder sebagai bidang proyeksinya dan menyinggung
bola Bumi. Jika proyeksi ini menyinggung wilayah khatulistiwa, maka
garis paralel merupakan garis horizontal dan garis meridian.
Beberapa
keuntungan penggunaan proyeksi ini, yaitu dapat menggambarkan wilayah
yang luas dan sesuai untuk menggambarkan wilayah khatulistiwa atau
lintang rendah.
c. Proyeksi Kerucut
Dari
namanya saja pasti kita langsung tahu bahwa proyeksi ini berkaitan
dengan bangun kerucut. Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan
meridian berbentuk jari-jari. Baris paralel berupa garis lingkaran,
sedangkan garis bujur berupa jari-jari. Proyeksi ini paling tepat
digunakan untuk memetakan daerah lintang 45° atau lintang tengah.
Secara garis besar, proyeksi ini dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Proyeksi Kerucut Normal atau Standar
Proyeksi ini menggunakan kerucut dengan garis singgung dengan bola Bumi terletak pada suatu paralel (paralel standar).
2) Proyeksi Kerucut Transversal
Pada proyeksi ini sumbu kerucut berada tegak lurus terhadap sumbu Bumi.
3) Proyeksi Kerucut Oblique (Miring)
Pada proyeksi ini sumbu kerucut membentuk garis miring terhadap sumbu Bumi.
Ketiga
proyeksi berdasarkan bidang ini (azimuthal, kerucut dan silinder)
termasuk kelompok proyeksi murni yang penggunaan dalam kehidupan
sehari-hari sangat terbatas karena dirasa sulit. Selanjutnya, proyeksi
berdasarkan bidang ini mengalami modifikasi hingga muncul proyeksi
gubahan.
Proyeksi Modifikasi/Gubahan (Proyeksi Arbitrary)
Proyeksi ini lebih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang diperoleh melalui perhitungannya.
a. Proyeksi Bonne (Equal Area)
Proyeksi
ini merupakan proyeksi yang baik untuk menggambarkan wilayah Asia yang
letaknya di sekitar khatulistiwa. Proyeksi ini menggambarkan sudut dan
jarak yang benar pada meridian tengah dan pada paralel standar, terdapat
distorsi yang cukup besar apabila menjauhi meridian tengah.
Proyeksi Boone pertama kali dihitung oleh Ringober Boone pada pertengahan tahun 1700-an dan sesuai untuk memetakan negara-negara di lintang tengah seperti Amerika Serikat. Keseluruhan garis paralel terbagi merata. Skalanya benar untuk menggambarkan wilayah sepanjang meridian tengah.
b. Proyeksi Mollweide
Pada
proyeksi ini, tiap bagian mempunyai ukuran yang sama luas hingga ke
wilayah pinggir proyeksi. Semakin mendekati kutub, ukuran berubah
semakin kecil.
c. Proyeksi Sinusoidal
Proyeksi
ini lebih dikenal oleh orang-orang di wilayah Amerika Selatan,
Australia, dan Afrika, karena sesuai untuk menggambar wilayah tersebut.
Selain itu, proyeksi ini dapat juga digunakan untuk menggambarkan daerah
yang kecil di belahan Bumi mana saja maupun daerah luas yang jauh dari
khatulistiwa. Proyeksi ini menggambarkan sudut dan jarak yang tepat
untuk wilayah meridian tengah. Sedangkan untuk wilayah khatulistiwa bisa
digambarkan dengan luasan yang sesuai.
d. Proyeksi Mercator
Proyeksi
ini melukiskan Bumi di bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan
bola Bumi, kemudian seolah-olah silindernya dibuka menjadi bidang datar.
Hasil
proyeksi ini layak digunakan untuk memetakan wilayah dekat ekuator.
Akan tetapi makin mendekati kutub, distorsi semakin besar. Selain
karakteristik ini, masih ada ciri lain yang dimiliki proyeksi ini,
yaitu:
1) Kutub-kutub hampir tidak dapat dipetakan karena terletak di posisi tidak terhingga.
2) Interval jarak antarmeridian sama.
3) Interval jarak antarparalel tidak sama, semakin mendekati kutub semakin lebar.
4)
Menggunakan proyeksi ini, Bumi dibagi menjadi enam puluh zona. Tiap
zona mempunyai lebar 6°. Zona nomor 1 dimulai dari daerah yang dibatasi
oleh meridian 180°B dan 174°B, dilanjutkan ke arah timur sampai dengan
zona enam puluh.
e. Proyeksi Homolografik (Goode)
Proyeksi ini merupakan proyeksi perbaikan kesalahan pada proyeksi Mollweide.
Proyeksi Goode pertama kali dihitung oleh John Paul Goode (1862–1932) dari Chicago. Semenjak itu mulai digunakan secara luas untuk peta global. Peta ini dipotong menjadi beberapa bagian untuk mengurangi penyimpangan dan perentangan, terutama di wilayah samudra dan Antartika.
f. Proyeksi Gall
Ciri khas yang dimiliki proyeksi ini adalah bentuk yang berbeda pada wilayah lintang yang mendekati kutub.
Proyeksi Berdasarkan Sifat Asli yang Dipertahankan
Ditinjau dari klasifikasi ini, proyeksi dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Proyeksi Equivalent
Proyeksi
ini mempertahankan luas daerah. Artinya luas daerah sebenarnya sama
dengan luas daerah pada peta setelah dikalikan skala.
b. Proyeksi Konform
Proyeksi
ini mempertahankan sudut-sudut sesuai dengan kenampakan di permukaan
Bumi. Artinya skala yang dipertahankan adalah ketepatan sudut.
c. Proyeksi Equidistant
Proyeksi ini mempertahankan jarak sehingga jarak di atas muka Bumi sama dengan jarak di atas peta apabila dikalikan skala.
Proyeksi Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetri
Berdasarkan pembagian ini, proyeksi dibedakan menjadi:
a. Proyeksi Normal
Pada proyeksi ini, sumbu simetri berimpit dengan sumbu Bumi.
b. Proyeksi Miring
Pada proyeksi ini, sumbu simetri membentuk sudut miring dengan sumbu Bumi.
c. Proyeksi Transversal
Sumbu simetri pada proyeksi ini tegak lurus sumbu Bumi atau terletak pada bidang ekuator (disebut juga proyeksi equatorial).
Catatan
penting yang harus di ingat, yaitu bahwa proyeksi peta selalu mempunyai
distorsi (berubah dari bentuk aslinya). Beberapa proyeksi mungkin akan
mengubah bentuk arah menjadi tidak tetap. Beberapa proyeksi lainnya
mengubah ukuran, tetapi mempertahankan bentuk dan arah dengan tepat.
Pada perkembangannya, para pembuat peta telah membuat lebih dari seratus
proyeksi yang berbeda. Untuk pemilihan proyeksi itu sendiri disesuaikan
dengan tujuan untuk apa peta itu dibuat.
0 comments:
Post a Comment